Fenomena bahasa ini pun kini menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Ada yang pro ada juga yang kontra.
Salah seorang karyawan media, Lukman Rimadi (25), mengatakan, metamorfosa bahasa ini kerap diciptakan anak-anak remaja yang ingin mendapatkan sesuatu yang beda dalam kelompoknya.
"Buat saya fenomena alay ini merusak ya, selain merusak mental anak- anak remaja kita menjadi tampak aneh, juga merusak tatanan bahasa kita, bahasa Indonesia," ujarnya kepada merdeka.com, Kamis (11/10).
Pria bertubuh tambun ini mengaku khawatir terhadap generasi muda kedepannya, menurutnya jika gaya bahasa seperti itu terus mewabah dikalangan remaja saat ini, maka tidak menutup kemungkinan jika nantinya gaya bahasa Indonesia yang baik dan benar akan semakin jarang digunakan.
"Kalau ini dibiarkan bisa sangat membahayakan. Saya khawatir kalau gaya bicara miyapah? Ciyus? Ini dibiarkan 5 atau 10 tahun yang akan datang bahasa Indonesia bisa punah dengan sendirinya diganti dengan bahasa- bahasa miyapah seperti itu," jelasnya
Senada dengan Lukman seorang karyawan bank Swasta, Riri Shanti (24) mengaku kesal kita ada seorang temanya yang suka mengucapkan kata itu jika sedang berbicara.
"Menjijikan aja kalau ada orang yang ngobrol sama kita lagi serius tau-tau digituin sama temen, cius loe, miapah, apalagi dengan muka yang ngeselin" ujarnya saat ditemui di salah satu shelter busway di Jakarta Timur
Berbeda dengan Lukman dan Riri, Dita (26) seorang mahasiswi jurusan komunikasi di salah satu unversitas yang berada di salemba, mengaku sering menggunakan kata-kata seperti ini saat sedang ngumpul bareng dengan teman-temanya usai jam kuliah.
"Seru aja, kalo buat lucuan ama temen-temen kampus, kadang lagi ada yang ngomong serius terus kita gituin orangnya jadi kesela, cuma itu buat becandaan," ucapnya.
sumber
biar ga googling lagi . ni ada kamusnya